Sabtu, 26 Januari 2013

BATIK SOLO



sekar-jagad

    Solo disebut juga dengan Surakarta. Motif batik Solo memiliki ciri khas dengan motif geometris yang mewarnai batiknya. Sebut saja Sidomukti, Sidoluruh, dan Sidoasih. Selain motif geometris, ciri khas batik Solo adalah ukuran motifnya yang kecil, atau istilahnya Truntum.
Ada kisah tentang batik Solo, dilansir dari klasika-Kompas, dahulu kala ada seorang ratu yang sedang bersedih karena tidak diperhatikan sang Raja. Ratu yang sedih itupun akhirnya menciptakan batik dengan motif bintang-bintang yang ukurannya kecil-kecil. Motif batik buah karya sang Ratu itupun mencuri perhatian sang raja, sehingga akhirnya Raja memerhatikan Ratu. Dan Raja pun memerhatikan cara Ratu membuat motif kemudian mengembangkan seni batik tersebut.
   Parang Kusuma adalah motif batik Solo selain Truntum. Motif Parang Kusuma memiliki ciri bentuknya yang diagonal, dengan cara melukis dari sisi bawah ke atas. Motif ini mengandung makna atau filosofis, bahwa pemakainya memiliki garis atau keturunan raja.
Motif batik khas Solo yang takkalah populer adalah Sekar Jagad. Sekar artinya bunga dan jagad artinya bumi atau dunia. Sebutan “Sekar Jagad” bisa berarti “kumpulan bunga sedunia” atau berarti keindahan dan keluhuran kehidupan di dunia.
Motif yang mengandung unsur agama pun menghiasi motif khas batik Solo. Semisal motif naga, burung garuda, serta sawat yang merupakan simbol agama Hindu. Untuk hal pewarnaan, batik Solo lebih didominasi warna hitam atau kecoklatan. Meskipun menggunakan warna putih tetap saja warna kecoklatan mendominasi pada motif batik Solo.
   Demikianlah, "Sekilas tentang Batik Solo" - Berbeda dengan Yogyakarta yang dalam batiknya lebih didominasi oleh unsur warna hitam dan putih. Warna sogan atau kecoklatan memang sudah menjadi karakteristik batik Solo. Sogan memiliki arti kerendahan hati dan bersahaja, dekat dengan alam, dengan dengan orang-orang sekitar, serta membumi, atau istilah linggisnya,

BATIK YOGYAKARTA

Batik Jogja atau Batik Yogya pada dasarnya merupakan batik yang memiliki corak batik dengan dasar putih. Berikut TOP 5 gambar motif batik klasik khas Yogyakarta yang sering menjadi pakem atau inspirator lahirnya batik-batik kontemporer atau batik modern.


1. MOTIF BATIK KAWUNG [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Naphtol
Digunakan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Geometris
Makna Filosofi : Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan dan keadilan




2. MOTIF BATIK PARANG KUSUMO {Motif Batik Tulis}
Zat Pewarna: Naphtol
Digunakan : Sebagai kain saat tukar cincin
Unsur Motif : Parang, Mlinjon
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Kusumo artinya bunga yang mekar, diharapkan pemakainya terlihat indah




3. MOTIF BATIK TRUNTUM [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Dipakai saat pernikahan
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin.



4. MOTIF BATIK TAMBAL [MOTIF BATIK Tulis]
Zat Pewarna: Soga Alam
Digunakan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Ceplok, Parang, Meru dll
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru
                                             

                                              5. MOTIF BATIK PAMILUTO
Zat Warna : Soga Alam
Kegunaan : Sebagai kain panjang saat pertunangan
Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya
Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik].

Tentu saja tidak hanya 5 macam motif batik diatas yang masih populer hingga sekarang, karena masih ada motif sidomukti, cuwiri, ceplok kesatrian, dll, yang akan selalu menjadi ide-ide berkembangnya batik-batik kontemporer.

Source: heritageofjava.com

Jumat, 25 Januari 2013

BATIK PEKALONGAN


                                       
    Secara resmi, batik Pekalongan dikenal memang tidak tercatat dalam sejarah. Batik Pekalongan dikenal diperkirakan sejak tahun 1800-an. Deperindag mencatat sejak tahun 1802 telah ada motif yang berupa pohon-pohon kecil berupa baju yang menjadi ciri khas baju batik Pekalongan. Sejarah mencatat, perkembangan batik Pekalongan setelah perang di tahun 1825-1830 di sekitar kerajaan-kerajaan Mataram yang disebut perang diponegoro. Perang yang terjadi membuat keluarga keraton serta pengikutnya meninggalkan daerah kerajaan untuk hidup yang lebih damai. Mereka tersebar ke arah barat dan timur. Di daerah itulah mereka memulai mengembangkan batik sebagai mata pencaharian. Dan sampai saat ini kota Pekalongan terus berkembang hingga disebut kota batik.
Batik Pekalongan tetap bertahan dan sangat disukai dari berbagai segmen pasar pencinta batik. Dan tempat produksi batik Pekalongan bukanlah di pabrik besar tekstil melainkan dikerjakan di rumah-rumah. Kondisi yang seperti ini menjadi sangat positif dan sangat erat dengan masyarakat Pekalongan. Batik Pekalongan menjadi nafas kehidupan warga Pekalongan.
Inovasi terbaru yang dilakukan perajin batik Pekalongan menjadikan produk batik beraneka ragam dan telah berkembang menjadi produk baju, blus, gamis, jeans, sandal, dan lain sebagainya.
Motif produksi batik Pekalongan memiliki ciri khas yang sangat khas dan sangat terang. Sejak dahulu, batik Pekalongan selalu mengikuti perkembangan fashion setiap zamannya, hal ini yang membuat batik Pekalongan tetap dicintai.
Oleh karena itu, tidak heran jika batik daerah Pekalongan mempunyai ciri khas tersendiri sehingga berbeda dari daerah penghasil batik lainnya. Hal ini membuat produksi batiknya sangat dicintai dari berbagai elemen pasar. Untuk mengenal batik asli Pekalongan sangatlah mudah, Kekhasannya terlihat sangat kasat mata, yang berupa:
    Warna batik yang terang dan motif batiknya sangat modern sehingga dicintai oleh semua masyarakat karena bersifat kontemporer (mengikuti zaman).
Hal ini membuat para perajin batik Pekalongan sangat inovatif dalam menentukan tema yang terjadi. Sekarang, baju batik Pekalongan memiliki inovasi campuran berupa pencampuran antara negara Asia Timur dan Barat seperti Arab, India, Jepang, dan negara-negara lainnya.